“Diki...!!!” Suara
ibunya membagkitkan dari mimpi singkatnya. “ Kenapa kamu belum bangun ?,
bukannya kamu harus kuliah cepat pagi ini ?” dengan sigap matanya langsung
terbelalak karena sengatan menakutkan yang dilontarkan oleh ibundanya.
Lekas-lekas dia melesat membenahi diri serta dan pergi sembari berteriak “
Makasih bunda atas kopinya, sehingga aku nggak terlambat kuliah”. Ibunya lupa
bahwa Diki anti kopi sehingga dia menyuguhkannya kue yang terbuat dari serbuk
kopi. Hal tersebut membuat Diki tak mampu menutup mata semalaman. Di kelas dia
terlihat tertidur sehingga membuat pak dosen
killer melemparnya dengan soal-soal sulit yang harus dikerjakan dipapan
tulis. Untungnya ada seorang gadis yang bersedia membantunya.
Setelah pelajaran usai, Diki
berusaha mendekati gadis itu. “ Bagaimana caranya aku berterimakasih kepada mu
?”. Gadis itu terlihat tersenyum, dan setelah beberapa jeda diapun menjawab “
Temanilah aku minum kopi setiap pagi”. Diki terlihat diam, keningnya berkerut “
Hanya menemani kan ?, soalnya aku tak suka kopi. Berapa lama ?”. Gadis itu
menjawab “ Satu bulan”. Diki terlihat terkejut “ Haaaaaaaaaaaaaa ???” . Dalam
hatinya bergumam, apa nggak gila ini cewe, sebulan aku menemaninya. Bisa-bisa
dikira orang kami pacaran. Dia mencoba melirik secara diam-diam seluruh badan
gadis itu. Oh my god, bagaimana aku bisa menjalani pagiku yang cerah jika
setiap hari aku bertemu monster seperti dia. Gigi berkawat, rambut keriting,
kacamata bak pantat botol, bertompel pulak lah. Dia terlihat bengong sambil
sesekali terlihat mulutnya mencibir tipis. “ Aku tunggu besok sampai sebulan ya
“ gadis itu terlihat tersenyum kemudian pergi.
Hampir dua minggu setiap pagi mereka
selalu terlihat bersama. Walau dengan perasaan tidak ikhlas Diki mencoba
menunjukkan bahwa dia adalah seorang tepat janji dan tahu budi. Karena bosan
hanya menjadi penonton dia pun mencoba meminum kopi sesekali, alhasil dia pun mulai
ketagihan. “ Aku boleh nanyak nggak ?” tanya Diki penasaran. “ Boleh. Apa ?”
jawabnya sembari tersenyum, walau bagi Diki itu adalah senyum terburuk yang
pernah dilihatnya “ Kenapa kamu selalu minum kopi dipagi hari ?, dan kenapa
mesti denganku ?, apa tidak bisa itu kamu lakukan bersama keluargamu saat
sarapan ?”. Gadis itu terlihat masih tersenyum dan memberi beberapa jeda
sebelum akhirnya diapun menjawab “ Aku tak bisa berkonsentasi kalau tidak minum
kopi, dan bukanlahberdua itu lebih bagus dari pada sendiri ?”. Diki hanya
terlihat diam dengan pandangan tajam menandakan bahwa dia masih penasaran “
Besok adalah hari terakhir kamu menemaniku minum kopi, ayok kita rayakan dengan
minum lima gelas kopi”. Diki kemudian menjawab “ Tidak, aku tidak suka kopi”
kemudian dia pergi meninggalkan gadis itu.
Setelah acara balas budi usai, Diki
merasa ada hal lain yang dirasakannya. Dia seolah telah kehilangan sesuatu hal
yang tearamat berharga. Gadis itu kini tak terlihat lagi dikelas. Dia telah
pindah kesekolah yang berbeda. Setiap hari Diki hanya memandang kopi didalam
gelasnya. Dia merasakan bahwa ternyata hatinya telah jatuh pada seorang gadis
jelek si maniak kopi.
Hari ini terlihat Diki masih terlihat
seolah tak semangat walau peristiwanya dengan gadis itu sudah berlalu selama
tiga minggu. Saat lonceng berbunyi, dia pergi ke kantin dan memesan lima gelas
kopi tanpa gula. Dia berusaha menghabiskannya walau hal tersebut sangat berat.
“ DIKIIIIIIIIIIIII” teriakan seorang wanita cantik yang sedang berjalan
menghampirinya. “ Kamu siapa ?” tanya Diki dengan wajah lesu. “ Dasar bodoh,
kalau nggak sanggup kenapa diminum. Ada dosisnya setiap orang dalam
mengkonsumsi kopi. Jangan memaksakan diri,, karena kafeinnya dapat membahayakan
mu” sambung gadis itu dengan nada marah. “ Apa urusan mu ?” tanya Diki. “
Karena…. “, Diki memotong “ Karena apa haaa ?”. Gadis itu terlihat terdiam
sekelak. “ KARENA AKU MENCINTAIMU” . Diki terlihat terkeujut, bagaikan
tersengat arus listrik bertegangan 200watt matanya pun membelalak besar. “
Maksud kamu ?, aku aja nggak kenal dengan kamu. Jangan membuat aku naik darah.
Aku tidak suka cara kamu bercanda wahai orang asing”. Dengan pandangan tajam
setengah sayu gadis itu menjawab “ Akulah si gadis jelek maniak kopi yang
selalu merindukanmu, aku kembali karena aku tak bisa jauh darimu. Aku sadar aku
begitu mencintaimu, lebih dari kopi yang telah lama menjadi sahabatku. Mulai
sekarang janganlah lagi minum kopi pahit yang menyiksa perasaan mu. Minumlah
kopi manis bersamaku”. Diki terlihat beberapa kali memukul wajahnya yang
menandakan bahwa dia masih tidak percaya. Namun gadis itu mencoba meyakinkannya
“ Namamu siapa ?” tanya Diki terpelongok bak oranng blo’on. “ Begitu jelekkah
aku dimatamu sehingga kamu tidak tahu namaku ?, padahal setiap hari dalam
sebulan kita bersama. Kita juga adalah teman sekelas. Memang benar-benar
keterlaluan. Tapi tidak mengapa, aku bahagia karena mencintaimu duluan. Aku
bisa menunjukkan betapa aku mampu membuatmu jatuh hati padaku dengan sisi
terjelekku”. Diki terlihat tersenyum dengan mata yang berkacaa-kaca. Hari itu
bagai saksi dua insane yang memulai kasih yang berawal dari kopi. Nama gadis
itu adalah Geisya kopiriana.
(Cerpen perdana. Menurut saya cerpen ini jelek dan lumayan cacat EYD, selain banyak hal amburadul sana-sini. Tapi, saya sengaja tidak mengedit. Itu karena saya ingin tahu, bagaimana hari demi hari saya menjadi berkembang.)
(Cerpen perdana. Menurut saya cerpen ini jelek dan lumayan cacat EYD, selain banyak hal amburadul sana-sini. Tapi, saya sengaja tidak mengedit. Itu karena saya ingin tahu, bagaimana hari demi hari saya menjadi berkembang.)
END